Kemarin lusa, publik telah disuguhi tontonan menarik tentang pertarungan kedua calon kandidat presiden dan wakilnya dalam sebuah ajang debat. Debat capres – cawapres putaran pertama antara Prabowo – Hatta vs Jokowi – JK berlangsung seru. Kedua calon berusaha menampilkan yang sebaik-baiknya agar bisa meyakinkan rakyat Indonesia. Tapi, sesungguhnya siapa yang menang? Kami akan coba bedah hasil ajang debat kemarin malam.
Debat capres – cawapres Prabowo – Hatta Radjasa vs Jokowi – Jusuf Kalla putaran pertama mengambil tema “Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan Bersih dan Kepastian Hukum.” Dipandu oleh Zainal Arifin Mochtar, Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada (Pukat UGM), acara berlangsung dalam 6 segmen. Selama perdebatan, peserta dituntut untuk bisa meyakinkan publik tentang apa yang bakal mereka lakukan jika terpilih sebagai presiden dan wakil presiden yang menyangkut tema debat malam itu. Dari pemaparan yang disampaikan keduanya, kita bisa menelaah hasilnya, baik kelebihan dan kelemahannya. Nah, kita mulai dari kubu Prahara terlebih dahulu.
Kubu Prabowo – Hatta dan Jokowi – JK saat tampil dalam debat capres – cawapres putaran pertama
Kubu Prabowo – Hatta
Optimisme tampak diperlihatkan kubu poros Gerindra yang mengusung capres – cawapres Prabowo – Hatta Radjasa. Hal ini tidak berlebihan, mengingat kemampuan keduanya dalam berorasi terbilang cukup mumpuni. Meskipun demikian, bukan berarti kemampuan tersebut bisa menjadi faktor utama seseorang memenangkan debat. Dari perdebatan kemarin lusa terlihat kubu ini kurang menjawab secara konkrit hal-hal yang berkaitan dengan tema. Jawaban yang diberikan terlalu normatif dan pilihan katanya agak sulit untuk dipahami masyarakat Indonesia kalangan menengah kebawah.
Selain itu, dalam debat capres – cawapres kemarin, terlihat bapak Prabowo terpancing dengan pertanyaan “menjebak” yang ditanyakan oleh bapak Jusuf Kalla terkait penganan HAM (Hak Asasi Manusia) masa lalu. Bapak Prabowo Subianto merasa jika pertanyaan tersebut menyudutkan dirinya terkait kasus pelanggaran HAM ’98 yang menimpa dirinya. Terlihat beliau mulai sedikit emosi dengan tingginya nada bicara dan sikap yang berapi-api. Padahal, jika ditelaah, pertanyaan bapak Jusuf Kalla masih berkaitan dengan tema, dalam hal ini adalah kepastian hukum. Dan pertanyaan itu bukan hanya ditujukan untuk kasus ’98 saja, tapi kasus-kasus lain, seperti tragedi pasca ’65, dll.
Baca lebih lanjut →